BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian mengenai kesehatan umumnya dimengerti sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat mental bisa dipahami karena hal-hal fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita sehingga lebih mudah disadari oleh individu dibanding hal yang bersifat psikis. Selain itu, dalam sejarahnya, manusia memang lebih berjuang untuk membebaskan diri dari segala bentuk penyakit-penyakit fisik, karena penyakit fisik sangat jelas sekali mempengaruhi kualitas kehidupan dibanding hal-hal yang bersifat psikologis (Siswanto, 2007).
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan: "Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation”.(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment.
Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYESUAIAN DIRI
Pengertian
Penyesuaian (adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya (Siswanto, 2007). Adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri (Mutadin, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Maladjusted dan Abnormalitas
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted. Namun, pemahaman mengenai maladjusted ini seringkali dikacaukan dengan pemahaman mengenai abnormalitas. Banyak yang berpendapat bahwa ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik (maladjusted) itu sama dengan abnormal, padahal sebenarnya orang yang maladjusted tidak selalu abnormal. Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Jadi istilah maladjusted dan abnormal sebenarnya menyangkut pada derajat ketidakmampuan individu dalam melakukan penyesuaian diri serta kualitas penyesuaian dirinya (Siswanto, 2007).
Kesulitan dalam membedakan pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknya juga dipicu dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagai hasil daripada melihat penyesuaian diri sebagai suatu proses.
Ciri-ciri penyesuaian diri yang efektif (Siswanto, 2007)
a) Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita
Meskipun persepsi masing-masing individu berbeda dalam menghadapi realita, tapi orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik memiliki persepsi yang relatif obyektif dalam memahami realita. Persepsi yang obyektif ini adalah bagaimana orang mengenali konsekuensi-konsekuensi tingkah lakunya dan mampu bertindak sesuai dengan konsekuensi tersebut.
b) Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres dan kecemasan
Orang yang mampu menyesuaikan diri tidak selalu menghindari munculnya tekanan dan kecemasan. Kadang mereka justru belajar untuk mentoleransi tekanan dan kecemasan yang dialami dan mau menunda pemenuhan kepuasan selama itu diperlukan demi mencapai tujuan tertentu yang lebih penting sifatnya.
c) Mempunyai gambaran diri yang positif tentang dirinya
Gambaran diri yang positif mencakup apakah individu yang bersangkutan bisa melihat dirinya secara realistik, yaitu secara seimbang tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan mampu menerimanya sehingga memungkinkan individu yang bersangkutan untuk dapat merealisasikan potensi yang dimiliki secara penuh.
d) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dicirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat. Orang tersebut mampu menyadari dan merasakan emosi atau perasaan yang saat itu dialami serta mampu untuk mengekspresikan perasaan dan emosi tersebut dalam spektrum yang luas. Selain itu orang yang memiliki kehidupan emosi yang sehat mampu memberikan reaksi-reaksi emosi yang realistis dan tetap di bawah kontrol sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e) Relasi interpersonal baik
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik mampu mencapai tingkat keintiman yang tepat dalam suatu hubungan sosial. Dia mampu menikmati disukai dan direspek oleh orang lain dengan di satu sisi, tetap juga mampu memberikan respek dan menyukai orang lain.
B. KEPRIBADIAN
Hampir semua teori psikologi ketika berbicara mengenai kepribadian sehat, paradigma atau sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang atau paradigma dari sisi orang yang mengalami gangguan mental seperti contoh teori psikoanalisa. Orang yang sehat dicirikan dengan tidak ada gejala gangguan atau kalaupun ada gejalanya masih dalam kategori normal, karena umumnya orang juga masih mengalami tapi intensitasnya tidaklah besar.
Perubahan paradigma terjadi semenjak kemunculan mazhab ketiga yang dikenal dengan istilah psikologi humansitik. Semenjak kemunculan psikologi humanistik inilah, sudut pandang orang mulai berubah untuk melihat kesehatan mental. Orang mulai memikirkan kesehatan mental yang ideal, yang seharusnya dimiliki oleh manusia sehingga dia betul-betul sejahtera (Siswanto, 2007).
Sebagian besar teori dalam psikologi menyebutkan persamaan ciri untuk individu yang sehat secara mental, yaitu individu tersebut hidup di saat ini, bukan di masa lalu; hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman.
C. KAITAN GANGGUAN PSIKOSOMATIK DAN KEPRIBADIAN
Beberapa penelitian menunjukkan ternyata gangguan psikosomatik berkaitan dengan kepribadian seseorang. Beberapa temuan menunjukkan hubungan antara bentuk-bentuk gangguan psikosomatik tertentu dengan gangguan-gangguan kepribadian tertentu pula. Sakit kepala merupakan salah-satu gangguan yang berhubungan dan dekat dengan simtom-simtom psikosomatik dan yang paling umum ditemukan oleh beberapa penelitian (Attanasio, dkk, 1984; Biondi, dkk, 1994; Tamminen, dkk; 1990). Sakit kepala diketahui disebabkan oleh masalah-masalah kepribadian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan, depresi, sifat obsesif kompulsif dan neurotik memiliki hubungan dengan serangan sakit kepala (Biondi, dkk, 1994 dalam Siswanto, 2007).
Eratnya kaitan antara psikosomatik dengan kepribadian dikuatkan dengan pendapat Hilliday (Fava, 1992) yang memasukkan kepribadian ke dalam salah satu dari enam ciri suatu gangguan dikenakan ke dalam kelompok psikosomatik. Keenam ciri tersebut adalah: 1) emosi sebagai faktor pencetus (live event); 2) tipe kepribadian; 3) rasio seks (biasanya perbandingan insidennya sangat tidak proporsional di antara kedua jenis seks); 4) berhubungan dengan gejala-gejala psikosomatis lainnya; 5) sejarah keluarga; dan 6) tahap-tahap kemunculannya (hubungan temporal antara kejadian-kejadian yang secara psikologis penuh dengan makna dan muncul atau kambuhnya penyakit) (Siswanto, 2007).
D. HUBUNGAN PENYESUAIAN DIRI DAN KEPRIBADIAN
Penyesuaian tak terpisahkan dengan sifat kepribadian manusia. Hal ini tidak sulit untuk dipahami jika kita mengingat fakta penting. Pertama-tama, penyesuaian diri seseorang terjadi di dalam kepribadian itu sendiri, atau melibatkan hubungan antara kepribadian dan beberapa aspek realitas.
Kedua, penyesuaian selalu dipengaruhi dan dikondisikan oleh kepribadian yang terlibat. Jadi, untuk sederhananya, kepribadian normal bereaksi terhadap situasi masalah dan kejadian dengan cara yang khas yang normal, sedangkan kepribadian neurotik bereaksi dengan cara yang khas untuk gejala tekanan dan tuntutan hidup sehari-hari. Ketiga, ada fakta, signifikansi tertentu dalam hubungan ini, bahwa kondisi dan determinasi dari penyesuaian ini, seakan-akan disalurkan melalui kepribadian individu. Dengan ini berarti bahwa faktor-faktor seperti keturunan, lingkungan, pelatihan, dan pendidikan memberi pengaruh pada penerapan dalam hal konstitusi khas kepribadian di tengah proses penyesuaian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
· Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian diri ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
· Orang yang sehat dicirikan dengan tidak ada gejala gangguan atau kalaupun ada gejalanya masih dalam kategori normal, karena umumnya orang juga masih mengalami tapi intensitasnya tidaklah besar.
· Beberapa penelitian menunjukkan ternyata gangguan psikosomatik berkaitan dengan kepribadian seseorang. Beberapa temuan menunjukkan hubungan antara bentuk-bentuk gangguan psikosomatik tertentu dengan gangguan-gangguan kepribadian tertentu pula.
· Penyesuaian tak terpisahkan dengan sifat kepribadian manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mutadin, Zainun. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. (Online). (http://individual_detail.asp.htm), diakses 7 April 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar