Initial: Interviewer: BS
Interviewee: Ibu H
The Introduction
Via telepon
BS: “Selamat Sore, apakah benar ini dengan Ibu H?”
Ibu H: “Ya, benar! Dengan siapa saya berbicara?”
BS: “Perkenalkan, nama saya BS. Psikolog yang akan bertemu dengan Anda. Apakah Anda telah menentukan jadwal pertemuan kita, Bu?”
Ibu H: “Oh, iya… Saya telah menyiapkan tanggal dan waktunya, bisakah Anda menyesuaikannya?”
BS: “Dengan senang hati, Bu!”
Ibu H: “Saya ingin bertemu dengan Anda pada hari Senin tanggal 16 bulan ini, pukul 9 pagi.”
BS: “Ok, Bu! Apakah Anda masih mengingat tempat konsultasi kita?”
Ibu H: “Oh, tentu saja!”
BS: “Ok, jadi kita akan bertemu pada hari Senin tanggal 16 bulan ini pukul 9 pagi di tempat konsultasi.”
Ibu H: “Benar!”
BS: “Terima Kasih, Bu, atas kerjasamanya. Selamat sore.”
Ibu H: “Selamat Sore!”
Pertemuan Langsung
BS: “Selamat Pagi, Bu! Bagaimana perjalanan Anda ke sini? Apakah menyenangkan?”
Ibu H: “Selamat Pagi! Jalanan tadi macet, Anda tahulah hari senin begini hari pertama masuk kerja dan sekolah lagi (tersenyum).
BS: (membalas senyum) “Yaa… Kesibukan tiap minggu dimulai dari hari senin kan, Bu….”
Ibu H: (tertawa kecil)
BS: “Ibu… Hari ini saya tidak tahu apa yang ingin Anda bicarakan, tetapi saya siap untuk mendengarkan Anda. Kita punya waktu satu jam dan saya harap dalam waktu setengah jam mendatang sejauh mungkin kita sudah saling mengenal. Tetapi itu bukan berarti bahwa kita harus memaksakan diri untuk itu. Yang dapat Anda lakukan hanyalah memberikan semua yang akan Anda bicarakan yang membuat perasaan Anda lebih baik. Saya sangat berharap setelah ini, Anda akan jauh lebih kuat dan dapat mengambil keputusan sendiri terhadap apa yang Anda lakukan selanjutnya. Apakah Anda merasa pernyataan saya bisa Anda setujui?”
Ibu H: “Iya, saya setuju dengan pernyataan Anda.”
The Opening
BS: “Apakah Anda bisa menceritakan apa yang membawa Anda ke sini di hari senin yang super sibuk ini?”
Ibu H: “Saya merasa takut tentang sesuatu hal yang belum pernah terjadi. Dan saya belum mendapatkan alasan untuk ketakutan yang saya rasakan.”
The Body
BS: “Dapatkah Anda menceritakannya lebih lanjut tentang perasaan Anda itu?”
Ibu H: “Kadang-kadang ketika saya sendiri, saya merasa diawasi oleh seseorang. Ketika saya ditengah keramaian, saya merasa semua mata tertuju pada saya. Saya takut, ketika ada orang yang tersenyum kepada saya, dan saya mengartikannya sebentar lagi orang itu akan membunuh saya. Mereka adalah orang-orang suruhannya.”
BS: “Siapa yang menyuruh orang-orang tersebut, Bu?”
Ibu H: “Saya juga tidak tahu!”
BS: “Ok, jika Anda merasa mereka ingin membunuh Anda, dapatkah Anda memberikan spesifikasi terhadap ciri-ciri dari orang yang akan membunuh Anda?”
Ibu H: “Mereka selalu memakai baju hitam, topi hitam dan wajah mereka tidak bisa terlihat jelas karena tertutupi topi. Dari struktur tubuh mereka, kelihatannya mereka semua laki-laki. Saya tahu dibalik jaket hitam yang mereka kenakan, ada senjata yang siap meledakkan kepala saya.” (gemetaran)
BS: “Bagaimana perasaan Anda saat Anda melihat mereka?”
Ibu H: “Saya takut, saya berteriak sejadi-jadinya. Saya merasa malu orang-orang mengira saya gila. Saya tidak gila. Saya melihat dengan jelas mereka menatap saya dengan tajam seakan mereka ingin memotong-motong bagian tubuh saya. Saya tidak bisa apa-apa….”
BS: “Anda tadi berkata orang-orang mengira Anda gila, bagaimana dengan anak Anda, suami Anda, keluarga Anda?”
Ibu H: “Mereka mengacuhkan saya! Saya telah memperlihatkan mereka pada orang-orang yang membunuh saya tapi anak dan suami saya katanya tidak melihat apa-apa. Mereka bohong! Mereka hanya ingin mengalihkan saya dari keadaan yang sebenarnya. Saya tahu apa yang terjadi pada diri saya dan apa yang akan terjadi!”
BS: “Diawal tadi Anda mengatakan belum mendapatkan alasan untuk ketakutan yang Anda rasakan, tapi Anda baru-baru saja mengatakan Anda tahu apa yang akan terjadi, yang mana yang harus saya percayai?”
Ibu H: “Anda tidak mengerti ketakutan yang saya alami!! Saya yang merasakannya, bukan Anda!”
BS: “Jadi, sejauh ini bagaimana Anda bisa menghindari pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingin membunuh Anda?”
Ibu H: “Saya hanya berteriak-teriak menarik perhatian orang lain agar orang-orang yang ingin membunuh saya menghindari saya dan tidak jadi membunuh saya!”
BS: “Bagaimana perasaan Anda saat itu?”
Ibu H: “Takut, malu, dan lega.”
BS: “Bisakah Anda menjelaskan ketiga perasaan itu? Mengapa ada perasaan lega?”
Ibu H: “Saya takut orang-orang itu akan kembali untuk membunuh saya. Saya malu berteriak-teriak di tempat umum dan tidak bisa menjelaskannya kepada orang-orang yang melihat saya pada saat itu dan saya sangat lega masih bisa mengelak dari pembunuhan itu!”
BS: “Kapan pertama kali Anda merasa ada orang-orang yang ingin membunuh Anda?”
Ibu H: “Tiga bulan yang lalu, sejak kejadian yang tidak pernah bisa saya lupakan.”
BS: “Dapatkah Ibu menjabarkan kejadian yang Anda alami itu?”
Ibu H: “Sa… ya… tidak… bisa…” (menangis)
BS: “Ibu… mengapa Anda tidak bisa menjelaskannya? Saya berharap ketika Anda menjelaskan kejadian itu, mungkin kita bisa menarik benang merah dari kejadian tersebut dan mengapa ada orang-orang yang mau membunuh Anda.”
Ibu H: “Kejadian itu, ada…. Sesuatu yang terbang di atas rumah dan mendarat di pekarangan. Sebuah pesawat terbang asing berbentuk pipih. Sinarnya menyilaukan. Saya sedang menonton televisi sendirian malam itu. Anak-anak dan suami saya sedang berlibur ke rumah ibu saya, sejak saat itu saya melihat mereka ada di mana-mana. Saya takut!”
BS: “Apakah ada orang lain yang melihatnya, tetangga mungkin?”
Ibu H: “Tidak! Tidak! Tidak ada. Saya telah memastikannya. Hanya saya yang melihat pesawat aneh tersebut!”
The Closing
BS: “Ok, Bu. Seperti yang saya jabarkan tadi, pada sesi ini, saya hanya mampu mendengarkan apa yang Anda kemukakan. Anda tadi mengatakan Anda merasa takut terhadap sesuatu yang Anda sendiri belum dapat alasannya. Anda takut terhadap orang-orang yang memakai baju serba hitam dan merasa mereka ingin membunuh Anda. Suami dan anak Anda tidak memperdulikan Anda. Orang-orang menganggap Anda gila. Ketakutan Anda berawal dari kejadian melihat pesawat asing dan merasa diikuti sejak kejadian itu dan Anda berteriak untuk membatalkan rencana pembunuhan mereka terhadap Anda, apakah itu benar, Bu?
Ibu H: “Ya. Itu yang sudah saya katakan!”
BS: “Ok, dan untuk pertemuan selanjutnya mungkin akan dilanjutkan dengan sebuah tes yang bisa mengungkapkan masalah apa yang terjadi sebenarnya.
Ibu H: “Apakah saya memang benar-benar sudah gila?”
BS: “Tidak, Bu. Tes yang akan dilakukan nanti hanya akan menentukan langkah apa yang selanjutnya akan dilakukan. Dan apabila Ibu melihat orang-orang yang akan membunuh Ibu lagi, berusahalah untuk tidak berteriak dan menenangkan diri ibu. Ibu harus percaya mereka tidak akan melakukannya karena pembunuhan dengan alasan apapun akan mendapat ganjaran hukum. Dan jika ingin keluar rumah, usahakanlah di temani oleh anak atau suami agar ada orang-orang yang dapat menenangkan Anda. Saya yakin Anda dapat melewati ini dengan baik dan Anda tidak lagi merasa orang-orang akan membunuh Anda. Berpikir positif, Bu. Anda adalah pribadi yang dapat mengendalikan emosi dengan baik dan seorang ibu yang dicintai oleh keluarga dan orang lain.
Ibu H: “Ok.”
The Termination
BS: “Terima kasih atas kedatangan Ibu ke sini, saya berharap setelah ini, Anda dapat menentukan sikap dan tujuan Ibu ke depan. Dan saya juga berharap, Anda dapat hadir lagi pada sesi berikutnya. Sekali lagi, terima kasih, Bu.”
Ibu H: “Terima kasih kembali.”
wawancara yang sangat bagus. kalau boleh tau ibu" td sedang mengalami gangguan apa ya? kecemasan atau skizofrenia?
BalasHapus