Sabtu, 25 Juni 2011

KLP 10 Psi. Belajar


Chapter 21
Intelligense and Personality
A.        Evolusi Intelegensi manusia 
Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, intelegensi terdiri dari 3 komponen yaitu kemampuan mengarahkan pikiran, tindakan, mengubah tindakan apabila telah dilaksanakan , mengkritik diri sendiri. Menurut Edward Lee Thorndike, iIntelegensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari sisi yang benar.  Sementara Lewis Medison Terman, intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak (Ananstasi, 2006)
Evolusi Intelegensi manusia mengacu pada seperangkat teori yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana intelegensi  manusia telah berevolusi. Teori evolusi Charles Darwin terkait erat dengan evolusi dari otak manusia , dan dengan munculnya bahasa manusia. Karakteristik kecerdasan  manusia, seperti  empati , berpikir,  berkabung , ritual ,dan penggunaan  simbol dan alat-alat, sudah jelas pada evolusi kera dalam  kecanggihan lebih rendah dibandingkan pada manusia. Perubahan evolusi tersebut memberi kontribusi dalam mengetahui bagaimana intelegensi manusi berevolusi. (http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution_of_human_intelligence)
Philogenetic Scale
Implisit dalam karya psikolog komparatif dari Darwin's sampai sekitar tahun 1930-an adalah sesuatu yang disebut skala phiilogenetik . skala philogenetik adalah merangkingkan kecerdasan hewan sesuai dengan kompleksitas umum dan kemampuan, dari terendah hingga tertinggi. Scala ini berdasarkan pada gagasan Aristoteles 2400 tahun yang lalu tentang Scale naturae. Aristoteles menyatakan bahwa hewan yang dikategorikan pada tingkat bawah (cacing dan siput) ke tingkat menengah (anjing dan kucing) ke level tertinggi dan paling maju yaitu manusia (Deweey, 2007).
B.       Pendekatan Psikometri dan Eksperimental untuk mengukur Intelligensi
Eksperimental merupakan salah satu studi yang digunakan dalam mengkaji penelitian dengan variabel yang mempengaruhi perilaku organisme. Tikus merupakan salah satu subjek penelitian dalam menguji suatu penelitian untuk mengeneralisasikan suatu penemuan misalnya mengenai substansi “Learning” seperti  transfer of training, generalitation, and extintion (Wittic, 1981).
Idealnya unit analisis dalam psikologi memperhatikan individual performance yang sangat koheren dengan Idiographic dan nomothetic Concerns Idiographic menekankan keunikan individu sebagai unit analisisnya sedangkan nomothetic menekankan kedalam generality of lawfulness / prinsip umum dalam keabsahan perilaku dalam kelompok. Dalam psikometri Idiographic menjadi filter dalam membuat konstrak teori dalam membuat pengukuran tersebut.

Idiographic (Chaplin, 1981) adalah menyinggung individu, mencirikan sebarang sistem psikologi yang mencari hukum-hukum individual dari tingkah laku. Sementara  nomothetic adalah menyinggung perumusan hukum dan prinsip-prinsip umum.

Psikologi menggunakan norma dan kriteria dalam mengukur intelegensi. Norma adalah adalah penyebaran skor-skor dari suatu kelompok yang digunakan sebagai patokan untuk memberi makna pada skor-skor individu.
Norm reference bertujuan sebagai acuan norma untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performance kelompok peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Artinya tingkat performance seseorang ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya performance kelompok.
Contohnya
Satu kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan diatas maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6 Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
Criterion reference bertujuan sebagai acuan yang berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Yang bertujuan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan dengan domain perilaku yang ditetapkan dengan baik. Dalam standar ini penetuan tingkatan (grade) didasarkan pada skor-skor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performance skor yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya.
Contohnya :
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D

C.        Intellegensi Sebagai Kualitas Proses  Belajar
Taraf tinggi rendahnya intelegensi dinyatakan dengan IQ, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan intelegensi testee dengan standart. Penggunaan test intelegensi umumnya berdasarkan kepada pangkal duga bahwa IQ menjadi tolak ukur proses belajar seseorang.
Tes Intelegensi umum yang dirancang untuk digunakan anak-anak usia sekolah atau orang dewasa biasanya mengukur kemampuan verbal, untuk kadar lebih rendah tes ini juga mencakup kemampuan untuk berurusan dengan simbol numerik dan simbol abstrak lainnya. Hal ini adalah kemampuan yang dominan dalam proses belajar disekolah. Kebanyakan tes intelegensi dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau intelegensi akademik. IQ adalah cerminan dari prestasi pendidikan sebelumnya dan alat prediksi kinerja pendidikan selanjutnya. Karena fungsi-fungsi-fungsi yang diajarkan dalam sistem pendidikan merupakan hal penting yang mendasar dalam budaya yang merupakan alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta aktivitas lain dalam hidup sehari-hari (Anastasi, 2006).
Terdapat isu yang menyatakan bahwa IQ tergantung pada dasar atau keturunan. Tetapi berbagai penelitian  telah membuktikan ketidak benaran hipotesis tersebut. Hasil penelitian Stodard (1949) menjelaskan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu yang ber IQ rendah maka anak itu akan memiliki IQ yang lebih tinggi dibanding ibunya jiak dirawat dengan baik. Namun anak-anak yang dengan dasar yang sama tapi tidak dirawat dengan baik maka akan memiliki IQ yang sama dengan ibunya. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan berperan terhadap perkembangan seseorang (Stoddard, 1949).

Preatasi , Minat dan Bakat
Chaplin (1981) telah menjelaskan mengenai ke tiga komponen yang sangat relevan dengan belajar yaitu prestasi, minat dan bakat yaitu :
·         Prestasi / achievement  merupakan pencapaian atau hasil yang telah dicapai. Belajar sangat relevan  dengan belajar, point penting dari prestasi adalah dari substansi tingkat khusus dari pencapaian kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas atau keahlian dari tugas-tugas melalui proses belajar.
·         Bakat adalah Kemampuan-kemampuan spesifik yang terkandung didalam kemampuan umum yang dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu melalui suatu latihan.
·         Sedangkan minat adalah satu sikap yang juga dapat diukur sebagai perasaan yang menyatakan bakwa suatu hal berharga atau berarti bagi individu.
Binet dan Weshler menyatakan bahwa bakat dan Intelensi menekankan pada berfungsinya seluruh kemampuan mental individu. Hasil tes Intelegensi bisa mengukur bakat. Pengukuran Intelegensi bersifat meramalkan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberpa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental. Sementara pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang  khusus.
Semakin banyak penerimaan atas peran motivasi siswa dalam proses belajar disekolah. Minat, sikap dan konsep diri individu sebagai pembelajar mempengaruhi keterbukaannya pada tugas belajar, hasrat belajar, perhatian yang ia berikan ke guru, dan waktu yang digunakan untuk tugas itu. Dan , ada bukti bahwa reaksi-reaksi individu terkait secara signifikan dengan prestasi dalam pendidikannya (Anastasi, 2006).
Crystallized vs Fluid Intelligence
Crystallized intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman. Ini tidak boleh disamakan dengan memori atau pengetahuan, tetapi tidak mengandalkan mengakses informasi dari memori jangka panjang. Istilah ini sedikit misleading karena bukan benar-benar "kristalisasi" dalam mengartikannya. Sebaliknya, diyakini sistem syaraf dan mental yang terpisah. Crystallized intelligence ditunjukkan oleh seseorang kedalaman dan luasnya pengetahuan umum, kosa kata, dan kemampuan untuk digunakan dalam kata-kata dan angka.
Fluid intelligence adalah kemampuan untuk berpikir secara logis dan memecahkan masalah dalam situasi, terlepas dari pengetahuan yang diperoleh. Ini adalah kemampuan untuk menganalisis masalah novel, mengidentifikasi pola-pola dan hubungan yang mendukung masalah ini dan ekstrapolasi menggunakan logika ini. Hal ini diperlukan untuk semua pemecahan masalah logika, khususnya ilmu pengetahuan, matematika dan teknik pemecahan masalah. Fluid reasoning meliputi  inductive reasoning dan deductive reasoning
Convergent vs Divergent Thinking
Hudson (Atherrton, 2010) membagi dua bentuk berpikir berdasarkan penelitiannya di sebuah English schoolboy yaitu
 







Convergent Thinking artinya membawa berbagai sumber informasi untuk menjawab suatu pertanyaan pcara belajar ini cocok utnuk ilmu pengetahuan matematika dan teknologi.

Divergent Thinking
Humaniora or Arts
 






Divergen thinking merupakan cara berpikir yang mengelaborasi secara luas ide-ide kreatif yang menjadi stimulus pengetahuan. Hal ini cocok pada bidang kesenian dan humaniora.
Phsyological Constraints
Secara fisioogis otak merupakan bagian yang sangat penting sebagai terminal pengolahan stimulus berupa informasi dalam belajar. Namun perubahan fisiologis yang terjadi di otak dalam kegiatan belajar sulit untuk dapat diklasifikasikan secara khusus bahwa bagian-bagian otak tertentu dominan dalam proses intelegensi dalam perubahan fisiologis. Perubahan perkembangan yang terjadi di otak memungkinkan terjadinya proses berpikir yang semakin kompleks dan efisien.
D.       Piagets Viewpoint and Intelligence
Pada awal tahun 1920 an, ahli biologi Swiss Jean Piaget mulai meneliti respons anak-anak terhadap beberapa soal. Piaget memperkenalkan sejumlah ide untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak dan dewasa.

General Trend Perkembangan Proses Belajar
Piaget (Ormrod, 2008) menyatakan bahwa pembelajaran dan perkembangan kognitif terjadi sebagai hasil dua proses yang komplementer yaitu asimilasi dan  akomodasi. Asimilasi melibatkan respons terhadap objek atau peristiwa sesuai dengan skema yang ada. Sedangkan akomodasi adalah adalah proses merespons suatu peristiwa baru dengan memodifikasi suatu rancangan yang telah ada atau dengan membentuk suatu rancangan baru.



Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Sebuah aspek penting dalam teori Piaget yaitu mengenai emapat tahap perkembangan kognitif (Ormrod, 2008) :
·      Tahap Sensorimotor (kelahiran hingga 2 tahun) Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi anak berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini.
·      Tahap Praoperasional (2 tahun hingga sekitar 6/7 tahun)Skema-skema mulai merepresentasikan objek yang berada di luar jangkauan pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa.
·      Tahap Operasional Konkret (6/7 tahun- 12/13 tahun)
Penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran yang konkret.
·      Tahap Operasional Formal (11/12 hingga dewasa)
Proses-proses penalaran logis diterpkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.
E.        Learning and Personality
Salah satu bidang psikologi belajar yang telah mendapat perhatian yang relatif kecil adalah bahwa hubungan antara belajar dan kepribadian. Satu sudut pandang, namun-klaim bahwa kepribadian tidak lebih dari akumulasi dari pola perilaku yang dipelajari-secara luas diadakan.
Definisi Kepribadian
Definisi kepribadian sebagai akumulasi dari pola perilaku yang dipelajari tidak memadai dalam beberapa cara. Untuk satu hal, definisi perlu memenuhi syarat untuk memasukkan faktor-faktor kepribadian seperti emosi dan motivasi, yang tidak selalu diekspresikan dalam perilaku. Untuk yang lain, kepribadian tidak hanya merupakan akumulasi dalam arti jumlah yang sederhana menjadi atribut; kepribadian dapat berubah seiring dengan pengalaman yang unik setiap orang, dan cara di mana atribut kepribadian berinteraksi mungkin bukan hasil belajar.
Hubungan antara kepribadian dan intelektualitas bersifat resiprokal. Ciri-ciri kepribadian tidak hanya mempengaruhi intelektual, tetapi tingkat intelektual juga bisa mempengaruhi perkembangan kepribadian. Data yang kuat yang menunjang hubungan ini terdapat dalam studi Plant and Minimum tahun 1967. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa tendensi kuat bagi kelompok yang berkemampuan tinggi untuk melakukan perubahan kepribadian yang lebih positif secara psikologis daripada kelompok yang berkemampuan rendah.

Biological Constraint/ Kendala Biologi
Sebelum mengejar topik ini lebih jauh, perlu dicatat bahwa karakteristik kepribadian dapat dipengaruhi oleh susunan biologis seseorang. Seperti dengan pertimbangan sebanding lain, berapa banyak pengaruh psikologis yang bertentangan dengan karakteristik psikologis mungkin adalah menjadi bahan perdebatan.
Pola Belajar
Semua variabel utama yang disajikan sebelumnya dalam garis besar ini dapat ditinjau dalam bagian kontributor terhadap kepribadian individu. Namun, karena laporan lengkap akan jauh di luar cakupan buku ini, pembaca diundang untuk meninjau materi sebelumnya dan menghasilkan contoh pengaruh pembelajaran variabel pada kepribadian.

Conflict
Konflik adalah topik sering diperlakukan sebagai satu aspek dari kepribadian dalam psikologi belajar. Memang, ada beberapa jenis konflik yang telah dipelajari-konflik motif, konflik pola respon, dan konflik yang dihasilkan oleh pola respon tertentu dengan berbeda tingkat motivasi.
·         Approach-approach conflict
dimana seseorang mengalami konflik karena diperhadapkan pada dua tujuan yang sama-sama menguntungkan atau sama-sama disukai, karena memiliki daya tarik yang sama juga. Sebagai contoh, di waktu yang sama, seseorang harus membuat pilihan menerima promosi jabatan yang sudah lama didambakan atau pindah tempat tugas ke tempat lain dengan iming-iming gaji yang besar.
·         Approach-avoidance conflict
Di sini, seseorang menghadapi situasi yang mengharuskan ia terpaksa memilih di antara dua alternatif yang sama-sama tidak disukai atau sama-sama dianggap buruk. Contoh kongkrit, seumpama seseorang disuruh memilih untuk dipindahkan kerja ke daerah lain pada lokasi yang tidak menyenangkan, atau tidak pindah ke tempat baru yang disuruh tapi gajinya diturunkan.

·         Avoidance-approach conflict
Pada kasus ini, seseorang harus menghadapi situasi dimana waktu ia memilih, ia harus menghadapi konsekwensi yang saling bertolak belakang. Misalnya, orang itu akan memperoleh gaji yang sangat besar, tapi harus pindah ke tempat terpencil yang sangat tidak disukai









Chapter 21
Behavior Technology
Behavior technology merupakan aplikasi prinsip-prinsip belajar dalam situasi kehidupan sehari-hari.
A.        TerapiiPerilaku
Terapi Perilaku digunakan prinsip-prinsip belajar untuk mengontrol menanggapi dalam rangka meningkatkan  kesejahteraan seseorang.

1.    Intervensi
Tindakan atau perlakuan dalam terapi perilaku, peran therapis dalam memodifikasi perilaku klien.

2.    Karakteristik umum
Biasanya prosedur intervensi yang digunakan memiliki beberapa karakteristik umum.
-          Pertama seperti yang ditunjukkan di atas mereka menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran dalam upaya untuk mengontrol perilaku.
-          Kedua mereka yang bertujuan mengentaskan masalah manusia dan memperbaiki keadaan orang-orang yang mengalami beberapa jenis masalah perilaku.
-          Ketiga pasien  dan terapis membuat persetujuan untuk tujuan diatas
-          Keempat ketercapaian usaha-usaha tersebut dievaluasi.

3.       Counterconditioning
Penggantian respon dengan pemadaman (extinction) dan penguatan atas suatu respon yang dapat diterima.

4.       Teknik Classical Conditioning
Counterconditioning Classical.Ketika pasien telah belajar respon  yang tidak tepat (CR1) untuk conditioning stimulus (CS)  tertentu, pemadaman dan pelatihan respon yang bersamaan dari sebuah pengganti yang tepat (CR2) disebut Counterconditioning klasik
Desensitisasi sistematis. Prosedur ini merupakan modifikasi dari Counterconditioning itu sering digunakan untuk menghilangkan rasa takut terhadap respon yang tidak pantas. Bentuk sangat sederhana dari CS yang digunakan pada awalnya dan dipasangkan dengan kondisi relaksasi dan keamanan. Penyajian CS ringan terus sampai benar-benar tidak mengancam. Yang berikutnya menggunakan CS kondisi yang lebih dan lebih mirip aslinya, memunculkan stimulus takut.
Implosif terapi. Suatu teknik yang penciptaan kondisi yang menghasilkan kecemasan maksimum subjek. Dalam situasi ini, pasien segera meminta atau diminta untuk membayangkan tingkat tertinggi dari stimulus memprovokasi ketakutan.
Aversive terapi. Sebuah prosedur pengkondisian klasik di mana sebuah aversive UCS dipasangkan dengan CS saat ini menghasilkan respon yang tidak diinginkan.

5.       Instrumental-teknik conditioning
Instrumental teknik conditioning telah digunakan dalam sejumlah tataaturan yang berbeda untuk terapi perilaku. Prinsip-prinsip belajar yang terkait dengan  instrumental conditioning (termasuk membentuk, jadwal penguatan, dan pemadaman).  

-          Token ekonomi (Token economy) . Prosedur dimana klien diberikan reward sebagai reinforcement sekunder  untuk melakukan perilaku yang sesuai (chip, ticket, token)
-          Biofeedback. Penggunaan perangkat pemantauan untuk menentukan status proses psikologis tidak dinyatakan mudah diobservasi.
-          Respons sebagai penguatnya. Satu Aspek yang menarik lebih dari instrumental terapi perilaku adalah penggunaan respon sebagai sebuah penguat. Dikenal sebagai prinsip premack (setelah investigasi) atau granma’s rule adalah bahwa respon yang diinginkan dapat dilatih dengan mensyaratkan yang dilakukan sebelum beberapa respon lain (disukai oleh klien) diperbolehkan. Pada dasarnya ini adalah "jika Anda melakukan apa yang diminta, maka anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan"

6.       Modeling
Dasar pemikiran menggunakan modeling dalam situasi terapi perilaku adalah untuk memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengamati tindakan orang lain yang mungkin pola respon mungkin disalin kemudian. Pengamatan dan peniruan berikutnya sehingga dapat menciptakan pola respon yang sesuai untuk klien.
Vicarious extintion.
Prosedur pemodelan Sebagian besar terdiri dari mengamati dan kemudian menyalin respon yang sesuai. Kecuali ketika klien mengamati respon yang tidak tepat yang tidak diperkuat. Klien dapat merasakan nonreinforcement, itu adalah harapan, akan memilih untuk memberi respons yang sama dari daftar (repertoire) perilaku seseorang (model) sebagai hasil dari Vicarious extinction.

7.       Masalah Generalisasi
Salah satu kesulitan yang tampaknya ada di semua jenis prosedur terapi perilaku adalah bahwa pola yang tidak bias dipungkiri dalam setting terapi relatif buatan mungkin atau mungkin tidak umum untuk situasi hidup sehari-hari. Ini mungkin bahwa stimulus yang diberikan oleh situasi kehidupan sehari-hari yang cukup berbeda dari yang di setting terapi untuk klien untuk membedakan dan tidak merespon sesuai dengan conditioning respon. Akibatnya klien dapat kembali ke pola sebelumnya tidak tepat ditampilkan.

B.       Instruksi Diprogram
Sebuah aplikasi utama kedua dari prinsip-prinsip belajar telah di bidang instruksi yang diprogramkan. Seperti prosedur memanfaatkan instruksi individual dan umpan balik langsung dari sumber selain guru dalam rangka meningkatkan efisiensi pembelajaran. Beberapa bentuk instruksi yang diprogramkan termasuk buku teks terprogram, mesin pengajaran, dan instruksi dibantu komputer (CAI).

1.       Kelebihan dari jenis instruksi
a.       Instruksi individu lebih sering,
b.      Feedbeck untuk kedua respon yang benar dan salah lebih cepat.
c.       Instruksi tingkat tertentu sesuai untuk setiap peserta dengan cara yang sesuai dengan tanggapan, dan
d.      Tidak ada ketidaknyamanan pribadi (yang mungkin ditunjukkan oleh seorang guru misalnya frustrasi)

2.       Kelemahan dari instruksi yang diprogramkan meliputi
a.       Masalah dalam menentukan langkah yang tepat untuk semua responden sehingga mereka tidak berlebihan atau bosan,
b.       Biaya dalam mendapatkan peralatan yang diperlukan, dan
c.       Kurangnya interaksi pribadi dan tidak adanya pembelajaran sosial-keterampilan.


3.       Jenisiprogram.
Program biasanya mengambil salah satu dari dua bentuk, linear atau bercabang. Program linier adalah sama untuk semua responden dan secara garis lurus dari awal sampai akhir.  Program bercabang langsung program dari setiap responden sesuai dengan tanggapan pertama kali dibuat. program bercabang pada dasarnya individual untuk setiap peserta, tetapi lebih sulit untuk membuat dari program linier dan membutuhkan peralatan yang lebih canggih.

4.       Simulator
Sebuah variasi menarik dari instruksi yang diprogramkan dilakukan dengan menggunakan simulator, alat-alat mekanis yang digunakan untuk meniru kondisi kinerja aktual. Terlampir ke komputer, simulator dapat menduplikasi episode yang sebanding dengan yang responden bias teemukan dalam situasi kehidupan nyata yang dia sedang dilatih. Simulator sering digunakan ketika baik biaya, waktu, atau risiko yang terlibat dalam menggunakan peralatan yang sebenarnya dianggap terlalu besar (misalnya dalam pelatihan pilot jalur udara atau kapten kapal tanker).

C.         Bioteknologi
Salah satu bentuk teknologi perilaku lain, bioteknologi. Ini melibatkan pelatihan hewan untuk merespon dengan cara yang akan memungkinkan bagi mereka untuk mengambil tempat orang atau mesin. Sedangkan bioteknologi cukup umum digunakan dalam situasi seperti pertanian, tekanan sosial sering menguasainyaiaplictaionsilain.








Daftar Pustaka
Ananstasi, 2006. Psychological Testing. Diterjemahkan Drs. Robertus Hariono.  Jakarta: PT Indeks
Atherrton, J. 2010. Convergent and Divergent : Thinking Styles .(http: //www. learning an dteaching.info/ learning /converge.htm) diakses 23 Maret 2011
Chaplin, J.P. 1981. Dictionary of Psychology.Diterjemahkan Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT Grafindo Persada
Deweey. 2007. Philogenetic Scale. (http:// www. psywww .com/intropsych /ch08_animals/ phylogenetic_ scale.html). Diakses 23 Maret 2011.
Ormrod,J.E.2008.Educational Psychology. Terjemahan Drs. Puji Lestari, M.Psi. Jakarta: Erlangga.
Stoddard, 1949.The Meaning Intellegence. New York: Mc. Milan
Wittic, A.F. 1981.Schaum’s Outline of Theory and Problems of Psychology of Learning. USA: McGraw-Hill.
.

.









TUGAS
1. Teori belajar Avram Noam Chomsky (Perkembangan Bahasa).
2. Jerome Bruner.
3. Edward C. Tolman.
4. Edward Thorndike.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar